Densus 88 anti teror kembali beraksi, kali ini yang menjadi sasaran adalah Nurdin yang berada di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Pelanggaran HAM yang dilakukan aparat kepolisian kerap menimpa para aktivis. Tidak ada lagi penegakan hukum. Densus 88 lebih memilih aksi pengadilan jalanan.
Kiblat.net berupaya untuk merangkai insiden penangkapan Densus 88 terhadap Nurdin melalui keterangan keluarganya. Berikut kronologis penyerbuan aparat ke rumah Nurdin yang berujung tindakan penghilangan nyawa.
- Sekitar pukul 15.00 WITA pada Sabtu, (20/09), menjelang waktu Shalat Ashar, Nurdin bersama istrinya berada di dalam kamar rumahnya di Desa Oo, Kabupaten Dompu.
- Beberapa saat kemudian, ada 3 mobil mendatangi rumahnya. Rupanya, Tim Densus 88 tanpa babibu lagi langsung menyerobot masuk rumah.
- Saat itu, istri dan anak Nurdin yang sedang menunggu sholat suaminya dipaksa keluar rumah. (Sebelumnya diberitakan istri Nurdin ikut shalat berjamaah, red).
- Selang kurang 3 menit, terdengar suara tembakan sebanyak 3 kali. Istri Nurdin bersama anaknya hanya bisa terpaku melihat tubuh suaminya dalam keadaan tak berdaya, langsung dibawa Densus 88 ke dalam mobil dan disebut-sebut dibawa ke Bima.
- Alih-alih langsung bubar meninggalkan rumah korban, Tim Densus 88 setelah kejadian itu berlangsung langsung mengepung rumah dan sekitarnya. Dihembuskanlah informasi kepada warga sekitar bahwa masih ada bom di dalam rumah Nurdin.
- Istri Nurdin memberikan keterangan bahwa ia tidak pernah memiliki tas yang dituduh oleh Densus sebagai tas berisi bom. Menurutnya, tuduhan itu terlalu mengada-ada.
- Hari semakin gelap, puluhan masyarakat semakin berdatangan dan turut menyaksikan kejadian itu. Bahkan, hadir pula Kapolres beserta jajaran dan aparat desa di lokasi kejadian itu.
Anehnya, beberapa menit menjelang maghrib, salah satu aparat Densus langsung memberikan aba-aba hitungan mundur dan berteriak “Awas menjauh, ada ledakan bom!” Kejadian itu seperti sengaja dipertontonkan di depan masyarakat ramai.
- Ba’da Shalat Maghrib, istri dan keluarga Nurdin baru diperbolehkan masuk rumah. Ia mendapati bercak-bercak darah di lantai dan tembok pintu kamar suaminya dan beberapa serpihan tulang kepalanya ditemukan di bawah tempat tidurnya.
- Istri Nurdin yang saat ini dalam keadaan mengandung 3 bulan menyatakan, setelah penggerebekan itu, uang milik kakak Nurdin sebesar 2,1 juta dan 1 buah handphone korban dan 2 handphone milik tetangganya yang berada di rumah itu ikut raib. Uang dan telepon genggam itu dijadikan barang bukti bahwa uang tersebut akan digunakan aksi amaliyat, padahal uang itu adalah uang jualan milik kakaknya yang berada di lain kamar. Di dalam rumah orang tuanya itu, ia tinggal dengan beberapa saudaranya.
- Mertua Nurdin akhirnya datang. Ia pun memprotes pemberitaan pihak Humas Mabes Polri yang menyatakan bahwa Nurdin melakukan perlawanan. Padahal saat digerebek ia sedang shalat dan sajadah yang biasa ia pakai pun dibawa bersama jenazahnya. Terlihat bekas jejak darah Nurdin terpercik di bawah dinding tembok dan pintu kamarnya.
Kiblat.net berupaya untuk merangkai insiden penangkapan Densus 88 terhadap Nurdin melalui keterangan keluarganya. Berikut kronologis penyerbuan aparat ke rumah Nurdin yang berujung tindakan penghilangan nyawa.
Bercak darah bekas penembakan nurdin oleh densus 88 |
- Sekitar pukul 15.00 WITA pada Sabtu, (20/09), menjelang waktu Shalat Ashar, Nurdin bersama istrinya berada di dalam kamar rumahnya di Desa Oo, Kabupaten Dompu.
- Beberapa saat kemudian, ada 3 mobil mendatangi rumahnya. Rupanya, Tim Densus 88 tanpa babibu lagi langsung menyerobot masuk rumah.
- Saat itu, istri dan anak Nurdin yang sedang menunggu sholat suaminya dipaksa keluar rumah. (Sebelumnya diberitakan istri Nurdin ikut shalat berjamaah, red).
- Selang kurang 3 menit, terdengar suara tembakan sebanyak 3 kali. Istri Nurdin bersama anaknya hanya bisa terpaku melihat tubuh suaminya dalam keadaan tak berdaya, langsung dibawa Densus 88 ke dalam mobil dan disebut-sebut dibawa ke Bima.
- Alih-alih langsung bubar meninggalkan rumah korban, Tim Densus 88 setelah kejadian itu berlangsung langsung mengepung rumah dan sekitarnya. Dihembuskanlah informasi kepada warga sekitar bahwa masih ada bom di dalam rumah Nurdin.
- Istri Nurdin memberikan keterangan bahwa ia tidak pernah memiliki tas yang dituduh oleh Densus sebagai tas berisi bom. Menurutnya, tuduhan itu terlalu mengada-ada.
- Hari semakin gelap, puluhan masyarakat semakin berdatangan dan turut menyaksikan kejadian itu. Bahkan, hadir pula Kapolres beserta jajaran dan aparat desa di lokasi kejadian itu.
Anehnya, beberapa menit menjelang maghrib, salah satu aparat Densus langsung memberikan aba-aba hitungan mundur dan berteriak “Awas menjauh, ada ledakan bom!” Kejadian itu seperti sengaja dipertontonkan di depan masyarakat ramai.
- Ba’da Shalat Maghrib, istri dan keluarga Nurdin baru diperbolehkan masuk rumah. Ia mendapati bercak-bercak darah di lantai dan tembok pintu kamar suaminya dan beberapa serpihan tulang kepalanya ditemukan di bawah tempat tidurnya.
- Istri Nurdin yang saat ini dalam keadaan mengandung 3 bulan menyatakan, setelah penggerebekan itu, uang milik kakak Nurdin sebesar 2,1 juta dan 1 buah handphone korban dan 2 handphone milik tetangganya yang berada di rumah itu ikut raib. Uang dan telepon genggam itu dijadikan barang bukti bahwa uang tersebut akan digunakan aksi amaliyat, padahal uang itu adalah uang jualan milik kakaknya yang berada di lain kamar. Di dalam rumah orang tuanya itu, ia tinggal dengan beberapa saudaranya.
- Mertua Nurdin akhirnya datang. Ia pun memprotes pemberitaan pihak Humas Mabes Polri yang menyatakan bahwa Nurdin melakukan perlawanan. Padahal saat digerebek ia sedang shalat dan sajadah yang biasa ia pakai pun dibawa bersama jenazahnya. Terlihat bekas jejak darah Nurdin terpercik di bawah dinding tembok dan pintu kamarnya.
0 Komentar Nurdin Ditembak Densus 88 Saat Shalat Tanpa Perlawanan
Post a Comment